BAB IV
Uraian Khusus
4.1 Penjelasan
Tower MonoPole
Tower ini tersusun dari satu tiang saja, dari
bagian pondasi, root side, body 1 – 2, dan head master. Bagian Pondasi
kedalamannya harus 5 – 7 meter agar kuat dari bahaya gempa karena di
khawatirkan rubuh bahkan tanpa ada gempa tower ini masih bisa rubuh karena
tanah tidak dapat menahan berat dari tower ini, satu stage ( potongan ) beratnya mencapai 100 Kg kecuali bagian head
master hanya 80 Kg. Bagian Root side ini merupakan stage awal dibagian ini hanya terdapat step atau pijakan, dalam bagian ini terdapat 12 step dikiri 5 dan di kanan 7. Bagian
selanjutnya adalah body 1 – 2 dibagian ini terdapat box komponen, dan memiliki
10 step 4 di kiri dan 6 di kanan dimasing – masing stage. Bagian paling atas adalah head master dibagian inilah
disimpannya antenna dan penangkal petir.
Tower jenis ini disusun atas beberapa stage, 1 stage ada yang 4 meter
juga ada yang 5 meter. Makin pendek stage
maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali
pancang/spanner. Jarak patok spanner
dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin
kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian
atas.
4.2 Alat yang di pergunakan
1.
Tiang penyangga
Dipergunakan untuk
mengantungkan Tacle , Katrol, dan kai
2.
Katrol (Tacle)
Dipergunakan untuk
menarik tiang keatas (bebean berat)
3.
Katrol (kecil)
Dipergunakan Untuk
menarik juga (beban ringan)
4.
Kail
Dipergunakan untuk
mengaitkan tiang penyangga saat penarikan tiang ke tingkat selanjutnya.
4.3 Langkah
Kerja
Tahap pertama,
memasang tiang penyangga yang hanya di ikat dengan tambang ke badan pondasi dan
tiang-tiang di sekitar, lalu menyiapkan katrol dan tacle.
Tacel di panjangkan
dulu (agar rante tidak saling mengikat) setelah itu tacle di naikan keatas
tiang penyangga yang dibantu oleh katrol.
Pemasangan Root Side (hari pertama)
mulai dilakukan tetapi terjadi sedikit kendala dikarenakan dudukan baut
tidak pas dengan lubang pada tiang ini, pada pemasangan ini dilakukan sedikit
paksaan agar tiang dapat terpasang dengan benar. Dalam penyelesaian kendala ini
sangat dibutuhkan tenaga extra untuk membenkokan baut karena bahannya terbuat
dari leburan baja, dan digunakan semawar (alat untuk menyemburkan api) untuk membengkokan baut tersebut memakan
banyak waktu karena sulitnya membengkokan leburan baja tersebut.
Tahap kedua baru
dipasangkan body 1,2 dan head master, tiang penyangga pun dinaikan ke rootside,
disini kail mulai di pergunakan untuk megaitkan tiang peyangga agar seimbang
pada saat penaikan body dan head master,
di bagian ini kerja sama tim sangat dibutuhkan karena tingkat kesulitan
semakin meningkat. Dibagian ini di butuhkan bagian penarik tiang, pengendali
tiang penyangga (bertugas sebagai penjaga tiang ini, dikawatirkan akan terjadi
hal-hal yang tidak di inginkan), pemegang control kendali (bertugas
menyeimbangkan tiang saat ditarik ke atas) dan pengintruksi yang bertugas
memberitahukan kapan tiang di tarik atau di”arya” (di ulur).
Tahap ketiga,
setelah menunggu kurang lebih 2 minggu baru tahap penyempurnaan atau finishing. Di tahap ini mula-mula
pemasangan antenna, proses penarikanna masih sama pada saat penarikan tiang yaitu mempergunaan tacle
dan tambang, dibagian ini saya bertugas sebagai kontrol kendali saat penarikan
antenna ke atas.
Tahap keempat yaitu instalasi dan penyempurnaan, tahap
ini di kerjakan oleh tenaga profesional dibagian ini saya hanya memasang kabel
optic pada antena, sisanya hanya membantu mengambilkan komponen dan alat-alat yang dibutuhkan.
4.4 Kelebihan
dan Kekurangan dari Tower MonoPole
Kelebihan dari tower monopole adalah tidak
terlalu rumit untuk merakitnya dari awal hingga finishing. Mulai dari penarikan setiap stage hingga penarikan antenna, pemasangan komponen untuk penembak
dan penerima sinyal yang hanya mengunakan Box Commponent berbeda dengan tower
square box yang mengunakan rumah komponen dikarenakan ukuran dan banyaknya yang
jauh berbeda dengan tower monopole.
Kekurangannya adalah sulitnya mencari
komponen karena tidak ada di Indonesia dan harus menginport dari Thailand atau
Cina. Serta berat dari stage tower
harus diangkat oleh 9 orang bahkan lebih disinilah mengapa tower monopole cukup
mahal karena besarnya tenaga yang harus dikeluarkan oleh para pekerja.
4.5 Penyebab Gagal Operasi dan Gagal Jaringan
Gagal Operasi biasanya disebabkan oleh kurangnya daya
arus listrik dari PLN, dikarenakan ada beberapa komponen yang memerlukan daya
tinggi untuk dapat memancarkan sinyal atau pun menerima sinyal yang berupa
gelombang elektromagnetik. Dalam hal ini diperlukan daya listrik sebesar 900
watt untuk mengantisipasi terjadinya gagal operasi dan bila terjadi down voltage (tidak terdapat arus),
biasanya bila terjadi down voltage maka
komponen akan men-setting ulang dan
meminta untuk dikirim sinyal utama dari pusat. Selama ini terjadi dikatakan low network (sinyal rendah)dan penguna operator yang
bersangkutan akan mengalami gangguan sinyal. Dan bisa disebabkan oleh salahnya
pemasangan conettor biasanya salah dalam
pemasangan peruntukan.
Gagal Jaringan berbeda dengan kejadian low network dalam keadaan ini biasanya
pada layar tampilan alat penguji sinyal atau pada telepon seluler yang
mengunakan operator terkait akan tertulis emergency
call only atau no network pada
radius 6 km dari tower pemancar tersebut. Biasanya penyebab dari gagal jaringan
yaitu faktor kemiringan, vertical -
horizontal atau ketinggian.
Berikut ini penjelasan dari faktor – faktor gagal
jaringan :
a.
Faktor
kemiringan, pada dudukan skrup antenna terdapat penujuk kemiringan, walau hanya
melenceng 0.5mm saja dapat terjadi gagal jaringan.
b.
Faktor
vertical – horizontal, faktor ini
sangat berperna dalam terjadinya penembakan sinyal meyeluruh ke daerah sekitar
tower tersebut, kurang lebih jarak radius 6 km dari pusat tower, bila melenceng
sekitar 5 cm maka jarak dari pusat antenna akan melenceng sekitar 125 m bila
ini terjadi akan bertabrakan sinyal dengan lain operator.
c.
Faktor
Ketinggian, faktor ini tidak terlalu berpengaruh pada gagal jaringan tetapilebih
baik di cegah karena bisa membuat arus sinyal dari pusat lambat atau di sebut pending.
Tulisan emergency
call only atau no network sering
terjadi pada telepon seluler terutama di kota – kota padat akan tower BTS (Base
Transceiver System) dikarenakan tabrakan sinyal antar operator, pada dasarnya
jarak maksimal tower antar operator yang berbeda harus 500 m dari tower yang
lain, bila di perhatikan di sekitar kita jarak dari tower ke tower yang lain
entah sama operator atau berbeda jaraknya tak lebih dari 50 meter itu jauh dari
batas minimum jarak antar tower agar tidak terjadi tabrakan gelombang.
4.6 Penangulangan Gagal Jaringan
Bila masalah dalam gagal jaringan tersebut tidak parah
para operating tidak perlu merakit
ulang setingan dari awal tetapi cukup menganti beberapa komponen yang perlu di
ganti biasanya pada antenna atau kabel optic-nya. Bila gagal operasi terjadi pada ruang kendali maka harus
mengulang dari awal lagi dari pensetingan komponen penembak sinyal, komponen
penerima sinyal dan antennanya.
Walau tidak memakan waktu lama tapi cukup menguras
tenaga dan pikiran.
4.7 Prinsip Kerja Pemancar Sinyal
Pemancar ini membutuhkan media untuk menembakan sinyal,
salah satunya adalah antenna dan antenna ini memiliki dua jenis dan tugas yang
berbeda. Antenna yang berbahan dari kuningan adalah antenna penembak sinyal
sedangkan antenna yang berbahan dari almunium adalah penerima sinyal, bila conettor salah pasang maka akan
meyebabkan gagal operasi dan rusaknya komponen pendukung lainnya.
Berikut ini gambaran prinsip kerja pemancar sinyal :
Gambaran Prinsip kerja Pemancar
Sinyal dari BTS ke Pelanggan
Gambaran Prinsip Kerja Pemancar
Sinyal Ultrasonik Pemancar – Penerima
Proses Pemancar Sinyal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar