Senin, 21 November 2011


BAB IV
Uraian Khusus

4.1       Penjelasan Tower MonoPole
Tower ini tersusun dari satu tiang saja, dari bagian pondasi, root side, body 1 – 2, dan head master. Bagian Pondasi kedalamannya harus 5 – 7 meter agar kuat dari bahaya gempa karena di khawatirkan rubuh bahkan tanpa ada gempa tower ini masih bisa rubuh karena tanah tidak dapat menahan berat dari tower ini, satu stage ( potongan ) beratnya mencapai 100 Kg kecuali bagian head master hanya 80 Kg. Bagian Root side ini merupakan stage awal dibagian ini hanya terdapat step atau pijakan, dalam bagian ini terdapat 12 step dikiri 5 dan di kanan 7. Bagian selanjutnya adalah body 1 – 2 dibagian ini terdapat box komponen, dan memiliki 10 step 4 di kiri dan 6 di kanan dimasing – masing stage. Bagian paling atas adalah head master dibagian inilah disimpannya antenna dan penangkal petir.
Tower jenis ini disusun atas beberapa stage, 1 stage ada yang 4 meter juga ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.

 4.2     Alat yang di pergunakan
1.            Tiang penyangga
Dipergunakan untuk mengantungkan Tacle , Katrol, dan kai

2.            Katrol (Tacle)
Dipergunakan untuk menarik tiang keatas (bebean berat)
      

3.            Katrol (kecil)
Dipergunakan Untuk menarik juga (beban ringan)
4.            Kail
Dipergunakan untuk mengaitkan tiang penyangga saat penarikan tiang ke tingkat selanjutnya.


4.3      Langkah Kerja
Tahap pertama, memasang tiang penyangga yang hanya di ikat dengan tambang ke badan pondasi dan tiang-tiang di sekitar, lalu menyiapkan katrol dan tacle.
Tacel di panjangkan dulu (agar rante tidak saling mengikat) setelah itu tacle di naikan keatas tiang penyangga yang dibantu oleh katrol.  Pemasangan Root Side (hari pertama)  mulai dilakukan tetapi terjadi sedikit kendala dikarenakan dudukan baut tidak pas dengan lubang pada tiang ini, pada pemasangan ini dilakukan sedikit paksaan agar tiang dapat terpasang dengan benar. Dalam penyelesaian kendala ini sangat dibutuhkan tenaga extra untuk membenkokan baut karena bahannya terbuat dari leburan baja, dan digunakan semawar (alat untuk menyemburkan api)  untuk membengkokan baut tersebut memakan banyak waktu karena sulitnya membengkokan leburan baja tersebut.
Tahap kedua baru dipasangkan body 1,2 dan head master, tiang penyangga pun dinaikan ke rootside, disini kail mulai di pergunakan untuk megaitkan tiang peyangga agar seimbang pada saat penaikan body dan head master,  di bagian ini kerja sama tim sangat dibutuhkan karena tingkat kesulitan semakin meningkat. Dibagian ini di butuhkan bagian penarik tiang, pengendali tiang penyangga (bertugas sebagai penjaga tiang ini, dikawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan), pemegang control kendali (bertugas menyeimbangkan tiang saat ditarik ke atas) dan pengintruksi yang bertugas memberitahukan kapan tiang di tarik atau di”arya” (di ulur).
Tahap ketiga, setelah menunggu kurang lebih 2 minggu baru tahap penyempurnaan atau finishing. Di tahap ini mula-mula pemasangan antenna, proses penarikanna masih sama pada saat penarikan tiang yaitu mempergunaan tacle dan tambang, dibagian ini saya bertugas sebagai kontrol kendali saat penarikan antenna ke atas.
Tahap keempat yaitu instalasi dan penyempurnaan, tahap ini di kerjakan oleh tenaga profesional dibagian ini saya hanya memasang kabel optic pada antena, sisanya hanya membantu mengambilkan komponen dan alat-alat yang dibutuhkan.


4.4      Kelebihan dan Kekurangan dari Tower MonoPole
Kelebihan dari tower monopole adalah tidak terlalu rumit untuk merakitnya dari awal hingga finishing. Mulai dari penarikan setiap stage hingga penarikan antenna, pemasangan komponen untuk penembak dan penerima sinyal yang hanya mengunakan Box Commponent berbeda dengan tower square box yang mengunakan rumah komponen dikarenakan ukuran dan banyaknya yang jauh berbeda dengan tower monopole.
Kekurangannya adalah sulitnya mencari komponen karena tidak ada di Indonesia dan harus menginport dari Thailand atau Cina. Serta berat dari stage tower harus diangkat oleh 9 orang bahkan lebih disinilah mengapa tower monopole cukup mahal karena besarnya tenaga yang harus dikeluarkan oleh para pekerja.

4.5      Penyebab Gagal Operasi dan Gagal Jaringan
Gagal Operasi biasanya disebabkan oleh kurangnya daya arus listrik dari PLN, dikarenakan ada beberapa komponen yang memerlukan daya tinggi untuk dapat memancarkan sinyal atau pun menerima sinyal yang berupa gelombang elektromagnetik. Dalam hal ini diperlukan daya listrik sebesar 900 watt untuk mengantisipasi terjadinya gagal operasi dan bila terjadi down voltage (tidak terdapat arus), biasanya bila terjadi down voltage maka komponen akan men-setting ulang dan meminta untuk dikirim sinyal utama dari pusat. Selama ini terjadi dikatakan low network  (sinyal rendah)dan penguna operator yang bersangkutan akan mengalami gangguan sinyal. Dan bisa disebabkan oleh salahnya pemasangan conettor biasanya salah dalam pemasangan peruntukan.
Gagal Jaringan berbeda dengan kejadian low network dalam keadaan ini biasanya pada layar tampilan alat penguji sinyal atau pada telepon seluler yang mengunakan operator terkait akan tertulis emergency call only atau no network pada radius 6 km dari tower pemancar tersebut. Biasanya penyebab dari gagal jaringan yaitu faktor kemiringan, vertical - horizontal atau ketinggian.
Berikut ini penjelasan dari faktor – faktor gagal jaringan :
a.                  Faktor kemiringan, pada dudukan skrup antenna terdapat penujuk kemiringan, walau hanya melenceng 0.5mm saja dapat terjadi gagal jaringan.
b.                Faktor vertical – horizontal, faktor ini sangat berperna dalam terjadinya penembakan sinyal meyeluruh ke daerah sekitar tower tersebut, kurang lebih jarak radius 6 km dari pusat tower, bila melenceng sekitar 5 cm maka jarak dari pusat antenna akan melenceng sekitar 125 m bila ini terjadi akan bertabrakan sinyal dengan lain operator.
c.                  Faktor Ketinggian, faktor ini tidak terlalu berpengaruh pada gagal jaringan tetapilebih baik di cegah karena bisa membuat arus sinyal dari pusat lambat atau di sebut pending.
Tulisan emergency call only atau no network sering terjadi pada telepon seluler terutama di kota – kota padat akan tower BTS (Base Transceiver System) dikarenakan tabrakan sinyal antar operator, pada dasarnya jarak maksimal tower antar operator yang berbeda harus 500 m dari tower yang lain, bila di perhatikan di sekitar kita jarak dari tower ke tower yang lain entah sama operator atau berbeda jaraknya tak lebih dari 50 meter itu jauh dari batas minimum jarak antar tower agar tidak terjadi tabrakan gelombang.

4.6      Penangulangan Gagal Jaringan
Bila masalah dalam gagal jaringan tersebut tidak parah para operating tidak perlu merakit ulang setingan dari awal tetapi cukup menganti beberapa komponen yang perlu di ganti biasanya pada antenna atau kabel optic-nya. Bila gagal operasi terjadi pada ruang kendali maka harus mengulang dari awal lagi dari pensetingan komponen penembak sinyal, komponen penerima sinyal dan antennanya.
Walau tidak memakan waktu lama tapi cukup menguras tenaga dan pikiran.

4.7      Prinsip Kerja Pemancar Sinyal
Pemancar ini membutuhkan media untuk menembakan sinyal, salah satunya adalah antenna dan antenna ini memiliki dua jenis dan tugas yang berbeda. Antenna yang berbahan dari kuningan adalah antenna penembak sinyal sedangkan antenna yang berbahan dari almunium adalah penerima sinyal, bila conettor salah pasang maka akan meyebabkan gagal operasi dan rusaknya komponen pendukung lainnya.



Berikut ini gambaran prinsip kerja pemancar sinyal :
Gambaran Prinsip kerja Pemancar Sinyal dari BTS ke Pelanggan
Gambaran Prinsip Kerja Pemancar Sinyal Ultrasonik Pemancar – Penerima
Proses Pemancar Sinyal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar