Senin, 21 November 2011


DAFTAR PUSTAKA
CV. Radhena Tech ( RnT ), “Instalasi, Perakitan dan Perancangan”, 2010
Bandung
J.S Budi Haryono, S.Pd, S.ST dkk, “Buku Pedoman Prakerin” 2010, Bandung :
SMKn 1 Soreang (filial SMKn 1 Katapang)
Amiinudin, S.ST, “Seluk Beluk Tentang Jenis – Jenis Tower” 2010, Bandung :
CV. Radhena Tech ( RnT )
www.wikipedia.com, “Pengertian Serta Definisi dan Fungsi Antena”






























LAMPIRAN – LAMPIRAN









                                                                                                             
JURNAL KEGIATAN
           
A.      Minggu pertama, 27 September 2010 – 30 September 2010
Saya langsung peraktek lapangan karena kebetulan sedang ada proyek perakitan tower MonoPole di daerah Lembang, tepatnya di Padepokan Madani Cimbuluit. Disana saya ditugaskan sebagai kontrol kendali, sebagai kontrol kendali saya memiliki tugas sebagai pengendali tiang saat di tarik keatas. Dalam tugas ini dibutuhkan teanga yang cukup kuat untuk menahan berat dari tiang tersebut, walau memang tidak begitu sulit untuk mengendalikannya tapi disini sangat dibutuhkan konsentrasi dan pengelihatan yang peka karena bila tiang tersebut menabrak atau menyengol pekerja yang diatas sangat berbahaya karena dapat meyebabkan pekerja diatas terjatuh.
Tangtangan dalam pekerjaan ini berada pada saat sore hari tepatnya pukul 16.45 wib karena disana sudah cukup gelap dan pengelihatan saya sedikit terganggu karena cahaya neon dari padepokan tersebut.

B.     Minggu keDua dan keTiga,  4 Oktober 2010 – 22 Oktober 2010
Selama dua minggu CV. Radhena Tech sedang tidak ada kerja dalam keadaan ini saya pun nganggur tetapi saya manfaatkan keadaan ini untuk belajar tentang AutoCad, pengetikan M.Word dan M.Excel
Untuk M.Word dan M.Excel tidak saya perdalam karena sudah cukup paham, saya memperdalam AutoCad yang menurut saya penting dan baru dalam dunia komputer saya. Dalam pembelajaran ini saya menggambar garis-garis dahulu setelah saya sedikit paham tentang shortcuts  yang ada dalam AutoCad saya mulai mengambar rancangan tower untuk perancangan tower MonoPole dan triangle tidak terlalu sulit hanya membutuhkan konsentrasi, saat mencoba merakit tower square side saya mendapatkan kesulitan untuk menentukan sudut-sudut tiang penyangga walau saya baru mempelajari mengambar 2D (2 Dimensi) saya mersa belum cukup karena masih mengambar dasar belum sempurna, bila ada kesempatan lagi saya lebih suka ngetem didepan komputer untuk mempelajari AutoCad.
C.     Minggu keEmpat 25 Oktober 2010 – 29 Oktober 2010
Persiapan untuk instalasi tower MonoPole di lembang, dalam waktu ini saya membantu Kang Nanang untuk menyiapkan perlalatan instalasi dan kabel-kabel untuk di bawa ke Lembang. Mulai dari mengambil antenna dari gudang di GBA ( Geria Bandung Asrih ) sampai pembuatan gronding untuk penangkal petir
D.     Minggu keLima 1 November 2010 – 3 November 2010
Instalasi Tower di Lembang sekaligus finising tower yang hanya dilakukan selama tiga hari, hari pertama melakukan instalasi tower sekaligus pemasnagan antena, seperti biasa saya dilibatkan sebagai kontrol kendali saat penaikan antena. Memang tidak terlalu berat pada saat penaikan tiang, tetapi kendala dalam penarikan tetap ada, mungkin karena terbiasa mengangkut benda berat jadi tenaga yang dikeluarkan sama pada saat penarikan tiang. Antena pertama mungkin menjadi tumbal nya, karena tertarik terlalu cepat dan hampir terlepas dari ikatan talinya. Pada saat penarikan yang ke dua dan ke tiga, sukes karena pengalaman saat penarikan antena yang pertama.
Pada tanggal 4 dan 5 karena tidak ada kerjaan kembali kerutinitas saya seperti biasa ngetem didepan komputer dan mulai menulis laporan Prakerin.
E.      Minggu keEnam 8 November – 12 November 2010
Mempersiapkan peralatan dan bahan peralatan untuk proyek perawatan tower Telkomsel di 3 daerah di pulau Jawa dan Sumatra
F.      Minggu keTujuh 15 November – 19 November 2010
Pada tanggal 15 – 16 saya masih berada dikantor untuk menyelesaian pekejaan yang tertunda, pada tanggal 17 – 20 saya pulang dulu kerumah untuk merayakan idul adha.
G.     Minggu keDelapan dan keSembilan 22 November – 30 November 2010
Proyek perawatan tower Telkomsel pusat daerah di Bandung, Bekasi dan Lampung. Pada proyek ini saya tidak sempat melakukan dokumentasi dikarenakan tidak membawa HP ke lokasi / lapangan karena di khawatirkan akan terjadi gagal operasi dan terkena gelombang radiasi. Memang saat proyek ini kru yang lain pun tidak membawa peralatan elektronik seperti kamera.
1 dan 2 Desember, saya kembali meneruskan penyempurnaan laporan dan pulang. Di karenakan CV. Radhena Tech sudah tidak ada kerja dan laporan saya pun telah selesai maka saya pulang lebih awal dari jadwal yang ditentukan, sekitar satu minggu menuju batas hari PKL.
DOKUMENTASI / FOTO PKL



Antena Pemancar



Grounding






Splitter (3 Way)


Conettor


Cutter

                                
Tower MonoPole

Penarikan Antena Pemancar
( Telkomsel Pusat )
Bandung

Puncak Tower Square Box
( Telkomsel Cabang Kecamatan )
Lampung

BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Industri ( Prakerin ) di CV. Radhena Tech selama kurang lebih dua bulan sampai tersusunya laporan ini, akhrinya saya mendapat suatu pengetahuan khusus mengenai Proses Perakitan Tower dan pengetahuan ini dapat digambarkan melalui kesimpulan isi laporan sebagai berikut :
1.    CV. Radhena Tech ( CV. RnT ) adalah kontraktor yang menyediakan jasa bagi para operator telepon seluler di Indonesia yang akan membangun tower pemancar sinyalnya
2.    Tower Mono Side adalah suatu produksi yang membutuhkan waktu yang cukup panjang karena sulitnya mencari bahan dan komponen yang dibutuhkan karena komponen-komponen itu sangat jarang di Indonesia
3.    Ada pun proses perakitan Tower Mono Side itu sendiri sebagai berikut
a.    Proses penarikan tiang di bagian perakitan
b.    Proses pemasangan antenna pemancar di bagian pemasangan
c.    Proses instalasi perkabelan optick di bagian instalasi
4.    Peralatan yang digunakan di bagian perakitan adalah sebagai berikut :
a.    Tacle
b.    Tambang
c.    Katrol
d.    Kail
e.    Peralatan bengkel (kunci Inggris, obeng, tang burung dan kikir segitiga)
5.    Peralatan yang digunakan di bagian pemasangan
a.    Katrol
b.    Tambang
c.    Kunci Inggris
6.    Proses selanjutnya adalah instalasi dibagian instalasi

5.2    Saran
Pada kesempatan ini saya hendak menyampaikan beberapa saran yaitu :
1.    Saran untuk pihak sekolah
a.   Khususnya untuk jurusan Elektronika, sebaiknya pelajaran-pelajaran kejuruan diajarkan dengan lebih terprogram dan disampaikan dengan jelas dan dapat dimengerti , sehingga siswa lebih siap dan percaya diri dalam melaksanakan Peraktek Kerja Industri.
b.  Alangkah lebih baik jika kegiatan praktek siswa di sekolah diperbanyak, sehingga tidak begitu canggung dalam melaksanakan Prakerin karena sudah terlatih. Selain itu peralatan-peralatan dan fasilitas praktek di sekolah hendaknya dilengkapi atau ditambah lagi.
c.   Untuk para pembibing dari sekolah hendaknya sering memantau siswa yang sedang prakerin, yang penulis rasakan selama ini belum pernah ada pemantauan dari pihak sekolah.
d.   Untuk sekolah hendaknya mempersiapkan pelaksanaan Prakerin sejak dini agar kegitatan Prakerin berjalan dengan lancar. Selain itu siswa harius diberi bimbingan mengenai dunia industri walau memang sudah di berikan melalui TEKNOWISATA tapi menurut saya itu kurang, seharusnya sekolah mengadakan bimbingan minimal dua minggu sekali.
2.    Saran untuk pihak industri
a.    Bagi saya perusahaan ini telah cukup menambah wawasan saya tentang dunia pekerjaan maupun elektronikanya, tetapi alangkah lebih baiknya perusahaan ini memberikan dulu pedoman atau pelajaran sebelum melakukan pekerjaan.
b.    Sebaiknya perusahaan lebih mengarahkan siswa pada hal-hal yang harus dipelajari dan dikuasai dengan target-target tertentu.

Demikian saran-saran yang dapat saya sampaikan, dengan harapan bahwa pelaksanaan Prakerin untuk tahun-tahun berikutnya dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Apabila ada saran-saran yang kurang berkenan saya selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya yakin bahwa pihak sekolah maupun industri telah berusaha semaksimal mungkin bagi kelancaran pelaksanaan Prakerin. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.


BAB IV
Uraian Khusus

4.1       Penjelasan Tower MonoPole
Tower ini tersusun dari satu tiang saja, dari bagian pondasi, root side, body 1 – 2, dan head master. Bagian Pondasi kedalamannya harus 5 – 7 meter agar kuat dari bahaya gempa karena di khawatirkan rubuh bahkan tanpa ada gempa tower ini masih bisa rubuh karena tanah tidak dapat menahan berat dari tower ini, satu stage ( potongan ) beratnya mencapai 100 Kg kecuali bagian head master hanya 80 Kg. Bagian Root side ini merupakan stage awal dibagian ini hanya terdapat step atau pijakan, dalam bagian ini terdapat 12 step dikiri 5 dan di kanan 7. Bagian selanjutnya adalah body 1 – 2 dibagian ini terdapat box komponen, dan memiliki 10 step 4 di kiri dan 6 di kanan dimasing – masing stage. Bagian paling atas adalah head master dibagian inilah disimpannya antenna dan penangkal petir.
Tower jenis ini disusun atas beberapa stage, 1 stage ada yang 4 meter juga ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.

 4.2     Alat yang di pergunakan
1.            Tiang penyangga
Dipergunakan untuk mengantungkan Tacle , Katrol, dan kai

2.            Katrol (Tacle)
Dipergunakan untuk menarik tiang keatas (bebean berat)
      

3.            Katrol (kecil)
Dipergunakan Untuk menarik juga (beban ringan)
4.            Kail
Dipergunakan untuk mengaitkan tiang penyangga saat penarikan tiang ke tingkat selanjutnya.


4.3      Langkah Kerja
Tahap pertama, memasang tiang penyangga yang hanya di ikat dengan tambang ke badan pondasi dan tiang-tiang di sekitar, lalu menyiapkan katrol dan tacle.
Tacel di panjangkan dulu (agar rante tidak saling mengikat) setelah itu tacle di naikan keatas tiang penyangga yang dibantu oleh katrol.  Pemasangan Root Side (hari pertama)  mulai dilakukan tetapi terjadi sedikit kendala dikarenakan dudukan baut tidak pas dengan lubang pada tiang ini, pada pemasangan ini dilakukan sedikit paksaan agar tiang dapat terpasang dengan benar. Dalam penyelesaian kendala ini sangat dibutuhkan tenaga extra untuk membenkokan baut karena bahannya terbuat dari leburan baja, dan digunakan semawar (alat untuk menyemburkan api)  untuk membengkokan baut tersebut memakan banyak waktu karena sulitnya membengkokan leburan baja tersebut.
Tahap kedua baru dipasangkan body 1,2 dan head master, tiang penyangga pun dinaikan ke rootside, disini kail mulai di pergunakan untuk megaitkan tiang peyangga agar seimbang pada saat penaikan body dan head master,  di bagian ini kerja sama tim sangat dibutuhkan karena tingkat kesulitan semakin meningkat. Dibagian ini di butuhkan bagian penarik tiang, pengendali tiang penyangga (bertugas sebagai penjaga tiang ini, dikawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan), pemegang control kendali (bertugas menyeimbangkan tiang saat ditarik ke atas) dan pengintruksi yang bertugas memberitahukan kapan tiang di tarik atau di”arya” (di ulur).
Tahap ketiga, setelah menunggu kurang lebih 2 minggu baru tahap penyempurnaan atau finishing. Di tahap ini mula-mula pemasangan antenna, proses penarikanna masih sama pada saat penarikan tiang yaitu mempergunaan tacle dan tambang, dibagian ini saya bertugas sebagai kontrol kendali saat penarikan antenna ke atas.
Tahap keempat yaitu instalasi dan penyempurnaan, tahap ini di kerjakan oleh tenaga profesional dibagian ini saya hanya memasang kabel optic pada antena, sisanya hanya membantu mengambilkan komponen dan alat-alat yang dibutuhkan.


4.4      Kelebihan dan Kekurangan dari Tower MonoPole
Kelebihan dari tower monopole adalah tidak terlalu rumit untuk merakitnya dari awal hingga finishing. Mulai dari penarikan setiap stage hingga penarikan antenna, pemasangan komponen untuk penembak dan penerima sinyal yang hanya mengunakan Box Commponent berbeda dengan tower square box yang mengunakan rumah komponen dikarenakan ukuran dan banyaknya yang jauh berbeda dengan tower monopole.
Kekurangannya adalah sulitnya mencari komponen karena tidak ada di Indonesia dan harus menginport dari Thailand atau Cina. Serta berat dari stage tower harus diangkat oleh 9 orang bahkan lebih disinilah mengapa tower monopole cukup mahal karena besarnya tenaga yang harus dikeluarkan oleh para pekerja.

4.5      Penyebab Gagal Operasi dan Gagal Jaringan
Gagal Operasi biasanya disebabkan oleh kurangnya daya arus listrik dari PLN, dikarenakan ada beberapa komponen yang memerlukan daya tinggi untuk dapat memancarkan sinyal atau pun menerima sinyal yang berupa gelombang elektromagnetik. Dalam hal ini diperlukan daya listrik sebesar 900 watt untuk mengantisipasi terjadinya gagal operasi dan bila terjadi down voltage (tidak terdapat arus), biasanya bila terjadi down voltage maka komponen akan men-setting ulang dan meminta untuk dikirim sinyal utama dari pusat. Selama ini terjadi dikatakan low network  (sinyal rendah)dan penguna operator yang bersangkutan akan mengalami gangguan sinyal. Dan bisa disebabkan oleh salahnya pemasangan conettor biasanya salah dalam pemasangan peruntukan.
Gagal Jaringan berbeda dengan kejadian low network dalam keadaan ini biasanya pada layar tampilan alat penguji sinyal atau pada telepon seluler yang mengunakan operator terkait akan tertulis emergency call only atau no network pada radius 6 km dari tower pemancar tersebut. Biasanya penyebab dari gagal jaringan yaitu faktor kemiringan, vertical - horizontal atau ketinggian.
Berikut ini penjelasan dari faktor – faktor gagal jaringan :
a.                  Faktor kemiringan, pada dudukan skrup antenna terdapat penujuk kemiringan, walau hanya melenceng 0.5mm saja dapat terjadi gagal jaringan.
b.                Faktor vertical – horizontal, faktor ini sangat berperna dalam terjadinya penembakan sinyal meyeluruh ke daerah sekitar tower tersebut, kurang lebih jarak radius 6 km dari pusat tower, bila melenceng sekitar 5 cm maka jarak dari pusat antenna akan melenceng sekitar 125 m bila ini terjadi akan bertabrakan sinyal dengan lain operator.
c.                  Faktor Ketinggian, faktor ini tidak terlalu berpengaruh pada gagal jaringan tetapilebih baik di cegah karena bisa membuat arus sinyal dari pusat lambat atau di sebut pending.
Tulisan emergency call only atau no network sering terjadi pada telepon seluler terutama di kota – kota padat akan tower BTS (Base Transceiver System) dikarenakan tabrakan sinyal antar operator, pada dasarnya jarak maksimal tower antar operator yang berbeda harus 500 m dari tower yang lain, bila di perhatikan di sekitar kita jarak dari tower ke tower yang lain entah sama operator atau berbeda jaraknya tak lebih dari 50 meter itu jauh dari batas minimum jarak antar tower agar tidak terjadi tabrakan gelombang.

4.6      Penangulangan Gagal Jaringan
Bila masalah dalam gagal jaringan tersebut tidak parah para operating tidak perlu merakit ulang setingan dari awal tetapi cukup menganti beberapa komponen yang perlu di ganti biasanya pada antenna atau kabel optic-nya. Bila gagal operasi terjadi pada ruang kendali maka harus mengulang dari awal lagi dari pensetingan komponen penembak sinyal, komponen penerima sinyal dan antennanya.
Walau tidak memakan waktu lama tapi cukup menguras tenaga dan pikiran.

4.7      Prinsip Kerja Pemancar Sinyal
Pemancar ini membutuhkan media untuk menembakan sinyal, salah satunya adalah antenna dan antenna ini memiliki dua jenis dan tugas yang berbeda. Antenna yang berbahan dari kuningan adalah antenna penembak sinyal sedangkan antenna yang berbahan dari almunium adalah penerima sinyal, bila conettor salah pasang maka akan meyebabkan gagal operasi dan rusaknya komponen pendukung lainnya.



Berikut ini gambaran prinsip kerja pemancar sinyal :
Gambaran Prinsip kerja Pemancar Sinyal dari BTS ke Pelanggan
Gambaran Prinsip Kerja Pemancar Sinyal Ultrasonik Pemancar – Penerima
Proses Pemancar Sinyal


BAB III
Landasan Teori

3.1        Tower MonoPole

3.1.1 Tower dan Antenna
Pada umumnya, tower digunakan sebagai tempat antenna untuk menangkap / memancarkan sinyal khususnya telepon seluler yang disebut juga H P (hand phone). Dan antenna digunakan sebagai pemancar gelomban elektromagnetik yang nantinya akan menjadi sinyal untuk H P.
Dari berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, anemia dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.
Tower BTS terendah (40 meter) memiliki radiasi 1 watt/m2 (untuk pesawat dengan frekuensi 800 MHz) s/d 2 watt/m2 (untuk pesawat 1800 MHz). Sedangkan standar yang dikeluarkan WHO maximal radiasi yang bisa ditolerir adalah 4,5 watt (800 MHz) s/d 9 watt/m2 (1800 MHz).
Sedangkan radiasi dari radio informatika/internet (2,4 GHz) hanya sekitar 3 watt/m2 saja. Masih sangat jauh dari ambang batas WHO, 9 watt/m2.
Radiasi ini makin lemah apabila tower makin tinggi. Rata-rata tower seluler yang dibangun di Indonesia memiliki ketinggian 70 meter.
Dengan demikian radiasinya jauh lebih kecil lagi. Adapun mengenai isu mengancam keselamatan (misal robohnya tower), dapat diatasi dengan penerapan standar material, dan konstruksinya yang benar, serta pewajiban perawatan tiap tahunnya.
Tower terbagi kembali menjadi beberapa jenis, yaitu :

  1. Tower MonoPole (Mono Side), tower ini hanya memiliki satu buah tiang yang tingginya sekitar 15 meter bahkan lebih. Tower ini di Indonesia hanya di gunakan oleh tiga operator yaitu Mobile 8, telkom flexi (termasuk esia dah operator CDMA lainnya) dan XL                       ( PT. Excelcemindo Pratama ). Tower ini adalah pembahasan dalam laporan ini. Tower jenis ini disusun atas beberapa stage (potongan). 1 stage ada yang 4 meter juga ada yang 5 meter. Makin pendek stage maka makin kokoh, namun biaya pembuatannya makin tinggi, karena setiap stage membutuhkan tali pancang/spanner. Jarak patok spanner dengan tower minimal 8 meter. Makin panjang makin baik, karena ikatannya makin kokoh, sehingga tali penguat tersebut tidak makin meruncing di tower bagian atas.

  1. Tower Trianggel, tower ini berbentuk segitiga (trianggel) hingga membentuk 3 sudut. Di Indonesia tower ini hanya dipergunakan oleh kalangan umum seperti sekolah, warnet, kawasan industri dan kawasan perumahan biasanya untuk komunikasi radio antar warga. Tower Segitiga disarankan untuk memakai besi dengan diameter 2 cm ke atas. Beberapa kejadian robohnya tower jenis ini karena memakai besi dengan diameter di bawah 2 cm. Ketinggian maksimal tower jenis ini yang direkomendasi adalah 60 meter. Ketinggian rata-rata adalah 40 meter.

  1. Tower Square Box, tower ini berbentuk persegi empat yang pada umumnya semakin tinggi semakin mengecil. Ketinggian tower ini bias mencapai 45 meter lebih. Di Indonesia tower ini sangaat banyak tersebar hampir di seluruh kecamatan dan pengunanya pun dua operator yang cukup banyak di gunakan oleh masyarakat Indonesia yaitu Telkomsel dan Indosat. Tower dengan 4 kaki sangat jarang dijumpai roboh, karena memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah dipertimbangkan konstruksinya. Tipe ini mahal biayanya (650 juta hingga 1 milyar rupiah), namun kuat dan mampu menampung banyak antenna dan radio.
A.  B.   C.
*ket. A. MonoPole (Mono Side)
 B. Trianggel
 C. Square Box


3.2         Pengertian Tower
Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi.
Tower BTS (Base Transceiver System) sebagai sarana komunikasi dan informatika, berbeda dengan tower SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) Listrik PLN dalam hal konstruksi, maupun resiko yang ditanggung penduduk di bawahnya. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya.

3.3      Pengertian Serta Definisi dan Fungsi Antenna
Antena adalah penyepadan impedansi instrinsik ruang propagasi dengan impedansi karakteristik saluran transmisi radio. Saluran transmisi tersebut digunakan untuk mengubah gelombang elektromagnetik di ruang bebas menjadi gelombang listrik dan sebaliknya.
disimpulkan fungsi antena adalah sebagai berikut:
  1. Perangkat penyesuai (Matching Device)
Alat untuk mengubah sifat-sifat karakteristik gelombang elektromagnetik di saluran transmisi dan di ruang propagasi.
  1. Perangkat pengarah (Directional Device)
Alat untuk mengarahkan energi sumber elektromagnetik ke arah tertentu atau sebaliknya sehingga arah pancar atau arah penerimaannya bisa disesuaikan dengan tepat.


3.3.1  Tipe – tipe Antena

Tipe – tipe antena terbagi menjadi enam, yaitu:

  1. Antena Kawat (Wire Antenna)
Contoh wire antenna yang terkenal adalah antena dipole, helix dan monopole.
  1. Antena Apertur (Aperture Antenna)
Tipe antena apertur sangat berguna untuk aplikasi pada pesawat terbang dan kendaraan angkasa. Contoh antena apertur antara lain antena parabola, pyramidal horn, conical horn dan rectangular waveguide.
  1. Antena Mikrostrip (Microstrip Antenna)
Pada saat ini, antena mikrostrip terdiri dari potongan logam pada substrat terbumi digunakan untuk aplikasi di pemerintahan dan aplikasi komersil.




  1. Antena Susun (Array Antenna)
Antena susun adalah susunan dua buah atau lebih elemen antena untuk menaikkan gain dan memperoleh pola radiasi tertentu. Contoh : Yagi-Uda array.
  1. Antena Reflektor (Reflector Antenna)
Memanfaatkan elemen lain agar energi yang dipancarkan dapat dipantulkan kembali ke elemen pencatunya. Contoh : antena yagi, antena corner reflector.

  1. Lens Antenna
Antena lensa mempunyai dua tipe yaitu delay lenses dan fast lenses. Beberapa contoh tipe antena lensa berdasarkan index refraction yaitu : convex-plane, convex – convex, convex-concave, dsb.






3.3.2  Parameter Antenna

  1. Pola Radiasi
Pola radiasi sebuah antena didefinisikan sebagai gambaran grafis dari sifat-sifat pancaran antena sebagai fungsi dari koordinat ruang. Pada koordinat bola, sebuah titik radiasi merupakan fungsi dari r,T,dan F , seperti terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Sebuah titik radiasi pada koordinat bola

Adapun pola radiasi antena dibedakan menjadi 3 yaitu :

    1. Isotropis
Isotropis adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi sama besar pada seluruh bidang. Pola radiasi antena isotropis dalam tiga dimensi bentuk pola radiasinya seperti bola. Antena isotropis ini merupakan jenis antena ideal dan secara teoritis dijadikan sebagai referensi dalam pengukuran antena lain namun tidak mungkin direalisasikan karena dalam hal ini antena sebagai titik. Pola radiasi isotropis terdapat pada gambar 2.

Gambar 3. Pola radiasi isotropis
    1. Unidireksional
Unidireksional adalah arah pancaran antena ke satu arah. Antena dengan pola radiasi unidireksional sering digunakan pada komunikasi point to point.

Gambar 2. Pola radiasi unidireksional




    1. Omnidireksional
Omnidireksional adalah arah pancaran antena ke berbagai arah dengan energi pada satu bidang sama besar. Pola radiasi antena omnidireksional terdapat pada gambar 4.

Gambar 4. Pola radiasi omnidireksional

Parameter pola radiasi terdiri dari main lobe, side lobe, HPBW (Half Power Beamwidth), FNBW (First Null Beamwidth), SLL (Side Lobe Level) dan FBR (Front to Back Ratio). Definisi dari istilah – istilah pada parameter pola radiasi, sebagai berikut :
    1. Major lobe
Major lobe disebut juga main lobe didefinisikan sebagai radiation lobe yang berisi arah radiasi maksimum. Major lobe merupakan daerah pancaran terbesar sehingga dapat menentukan arah radiasi dan mempunyai daya yang besar.

    1. Side lobe
Side lobes terdiri dari :
      1. first side lobe yaitu minor lobe yang posisinya paling dekat dengan main lobe.
      2. second side lobe yaitu minor lobe yang posisinya setelah first side lobe.
      3. Back lobe yaitu minor lobe yang posisinya berlawanan dengan main lobe.

    1. Half Power Beamwidth ( HPBW)
Half Power Beamwidth adalah daerah sudut yang dibatasi oleh titiktitik ½ daya atau -3 dB atau 0.707 dari medan maksimum pada lobe utama.
    1. First Null Beamwidth (FNBW)
First Null Beamwidth adalah besar sudut bidang diantara dua arah pada main lobe yang intensitas radiasinya nol.

    1. Side Lobe Level (SLL)
Side Lobe Level adalah perbandingan antara first lobe dan main lobe. Side Lobe Level menyatakan besar dari side lobe.

    1. Front to Back Ratio (FBR)
Front to Back Ratio adalah perbandingan antara main lobe terhadap back lobe.

Gambar 5.Parameter pola radiasi
Dalam memancarkan daya, antena memiliki sifat radiasi sebagai berikut :
    1. Broadside : suatu pancaran daya yang arah main beam berada pada posisi tegak lurus terhadap bidang yang berisi element antena.
    2. Endfire : suatu pancaran daya yang arah main beam berada pada posisi sejajar terhadap bidang yang berisi elemen antena.
    3. Intermediate : pancaran daya yang arah main beam pada posisi tegak lurus ataupun sejajar tapi mengarah pada sudut tertentu.

Sifat-sifat radiasi antena terlihat pada gambar 6.

Gambar 6.Gambar 6 Pola radiasi Antena (a). broadside, (b). endfire, (c). Intermediate
  1. Polarisasi
Polarisasi adalah gambaran orientasi medan listrik dalam arah propagasinya[7]. Polarisasi dapat juga diartikan sebagai bentuk pergerakan medan listrik terhadap waktu. Bentuk dari polarisasi dapat dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
    1. Polarisasi linier yaitu jika medan listrik pada arah y dan AR(axial ratio) = ~. AR adalah rasio antara sumbu mayor dan sumbu minor. Polarisasi linier bisa horizontal dan vertikal. Polarisasi ini bersesuaian dengan pemasangan antena, jika antena dipasang vertikal maka polarisasi antena linier vertikal dan jika antena dipasang horizontal maka polarisasi antena linier horizontal. Polarisasi linier dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7.Polarisasi linier (a). arah vertikal (b). arah horizontal(a). broadside, (b). endfire, (c). Intermediate
    1. Polarisasi lingkaran yaitu jika sumbu mayor sama dengan sumbu minor dan AR (axial ratio) = 1. Pada polarisasi lingkaran besarnya medan listrik sama dan berputar dalam lintasan berbentuk lingkaran.
    2. Polarisasi elips sama dengan polarisasi lingkaran, tetapi polarisasi elips memiliki AR = E2/E1 dan berputar dalam lintasan berbentuk elips seperti yang terlihat pada gambar 8.

Gambar 8.Polarisasi elips
  1. Gain
Salah satu parameter penting untuk mengukur kualitas antena adalah gain[2].Gain sebuah antena didefinisikan sebagai perbandingan rapat daya maksimum suatu antena terhadap rapat daya maksimum dari antena referensi dengan daya masuk sama besar[7]. Contoh pengukuran gain terdapat pada gambar 2.9.
Gambar 9.Pengukuran gain dengan perbandingan
3.4        Bagian – Bagian Tower MonoPole
1.     Pondasi
Pondasi ini adalah tempat tertanamnya tower dengan kedalaman kurang lebih   7 meter dengan diameter lubang sekitar 80 cm
                               

2.     Root Side
Tiang pertama, pijakan (tempat steep), gardu listrik dan Box komponen untuk peradaran sinyal  

3.    Body 1 dan 2
Hanya ada step saja sebagai tempat pijakan
           
4.    Head Master
Tiang yang paling atas, disini disimpanya antenna penangkap dan pengirim sinyal, serta penangkal petir.
                         
5.  Antenna
Komponen untuk memancarkan dan menangkap sinyal, komponen ini terdapat di tiang head master yaitu tempat paling puncak atau di badan tengah tower Square Box.
 
 
6.  Penagkal Petir
Komponen ini merupakan komponen utama dalam tower karena komponen ini menjadi pelindung antena pemancar dari sambaran petir.


7.       Box Komponen
          Bagian ini merupakan otak pada tower monopole.
          Gambar ini sedang dipasangkan box komponen dan power room (meteran PLN), pada bagian ini box komponen terhalang oleh pegawai (memakai baju hitam). Pada saat dokumentasi saya sedang memasang antenna, ini saya ambil dari dokumentasi kantor. Box komponen tidak dapat saya lihatkan isinya dikarenakan rahasia perusahaan (mobile 8) CV. Radhena Tech menerima Box Komponen dalam keadaan siap pasang dan terkunci.










8.       Grounding
          Bagian ini merupakan bagian paling bawah.
Bagian ini terdiri dari kabel fasa dari meteran PLN dan penagkal petir.